Sabtu, 02 Mei 2020

Single, Double, Triple Chainring. Mana yang lebih bagus?




Sepeda single, double, atau triple chainring? Sepeda 1x, 2x, atau 3x? Pilihan ini sering menjadi pilihan yang membingungkan bagi sebagian orang ketika akan memilih atau membeli sepeda. Disini akan dijelaskan tentang karakter, kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis sepeda berdasarkan jumlah chainringnya.


Gear Ratio

Pemahaman tentang gear ratio adalah dasar yang terpentinh sebelum melihat perbedaan sepeda karena jumlah chainring dan speed. Speed atau gigi adalah total jumlah kombinasi gear ratio, atau jumlah kombinasi chainring dan sprocket, yang dihitung dengan perkalian jumlah chainring dengan jumlah sprocket pada cassette.
Sepeda dengan 30 speed artinya sepeda memiliki 30 pilihan gear ratio. Apakah sepeda dengan lebih banyak speed lebih bagus? Tentu tidak. Bukan berati jumlah speed tidak penting, tetapi gear ratio lebih berpengaruh dari pada jumlah speed.
Gear ratio (rasio gir) adalah perbandingan antara ukuran chainring dengan sprocket. Yang bisa diartikan dengan berapa kali roda belakang berputar untuk setiap satu putaran pedal.
Jika kita sedang memakai chainring 20T dengan sprocket 30T, gear ratio = 20 : 40 = 2 : 4 = 0.5. Yang artinya sekali putaran pedal akan memutar roda belakang sebanyak 0.5 putaran.
Kalau untuk ngebut, kita mau sekali putar pedal, roda belakang berputar banyak, artinya perlu gear ratio tinggi atau besar. Kalau untuk tanjakan, kita mau gear yang ringan, sekali putar pedal roda belakang berputar sedikit, artinya perlu gear ratio rendah atau kecil. Jadi dengan emlihat gear ratio, kita bisa mengetahui karakter sepeda, dan juga bisa dipakai untuk membandingkan sepeda satu dengan lainnya.
Semakin jauh rentang gear ratio artinya sepeda semakin mudah untuk dibawa ke semua area, semakin pendek rantang gear ratio artinya sepeda semakin spesifik atau khusus untuk kegiatan/area tertentu saja.

Sepeda Triple Chainring

Banyak yang memperkirakan triple chainring (3X) akan segera habis masanya. Sepeda jenis ini pernah sangat populer dan sampai sekarang pun masih banyak pemakainya. Untuk sepeda balap (road bike) keluaran terbaru (PolygonThrillUnitedPacififc), hampir tidak ada lagi yang memakai triple chainring, didominasi oleh double dan single. Hampir semua triple chainring dipakai pada sepeda gunung (MTB).
Is the triple chainset dead?
Dead & buried. -SRAM-

Sepeda triple chainring yang umum adalah 21 speed (3×7), 24 speed (3×8), 27 speed (3×9), 30 speed (3×10). Karakter triple chainring adalah banyak pilihan gear ratio, dan rentang gear ratio yang jauh.
Pada sepeda triple chainring, terdapat chainring yang kecil (granny), sedang, dan besar, seperti:
  • sepeda balap: 50/39/30T, 52/39/30T.
  • sepeda urban: 48/36/26T.
  • sepeda gunung: 40/30/22T, 42/32/24T.
Sehingga kita bisa mendapatkan kayuhan yang sangat ringan (menanjak) dan sangat berat (kecepatan). Tetapi keseringan, chainring besar rasanya terlalu berat, dan chainring kecil terlalu ringan. Banyak yang jarang (bahkan tidak pernah) memakai kombinasi chainring-sprocket gear ratio terkecil dan gear ratio terbesar, dan kebanyakan memakai gear ratio sedang yang ada di chainring tengah. Pilihan speed yang banyak akan memberikan shifting yang mulus, bahkan terlalu mulus, ketika mengoper naik/turun satu gigi rasanya hampir sama, jadi langsung oper dua gigi.
Kalau dilihat dari tabel di atas gear ratio triple chainring, warna yang sama menyatakan gear ratio yang sama. Contoh kombinasi chainring 22-32-44T dengan cassette 11-32T, banyak kombinasi gear yang memiliki gear ratio yang sama atau hampir sama. Apakah kita memang perlu semua gear itu?
Sepeda balap keluaran terbaru sudah hampir tidak ada yang memakai triple chainring lagi, hampir semua sudah memakai double chainring, kebanyakan masih dipakai pada sepeda urban/kota, atau sepeda touring. Begitu juga dengan sepeda lipat, memakai triple chainring terlalu berlebihan, dan membuat sepeda lipat menjadi berat dan tidak simple lagi.
Kelebihan sepeda triple chainring:
  1. All area
    Tidak perlu khawatir tanjakan tajam, turunan, jalan naik turun, semua gear ratio yang sesuai kita punya di sepeda triple chainring. terutama untuk sepeda MTB yang bersuspensi, jalan offroad dan onroad bisa dilibas dengan kayuhan yang ringan dan kecepatan yang tinggi.
  2. Harga murah
    Secara harga, sepeda triple chainring memiliki harga yang lebih murah, dan komponen yang mendukung juga tidak sedikit, kecuali untuk generasi lama. Pemakaian dan support untuk teknologi baru sudah mulai berkurang pada jenis sepeda ini. Pemakaian teknologi yang lebih modern seperti frame karbonhub boostthru axlegroupset 12 speed, elctronic shifting, jarang sekali diaplikasikan pada sepeda triple sekarang ini.
Kekurangan sepeda triple chainring:
  1. Shifting yang lebih kompleks
    Dengan banyaknya pilihan gear seperti 24 atau 30 gear, kita juga kadang tidak ingat sedang berada di posisi speed/gear berapa. Melihat ke indikator di shifter, menunduk melihat posisi rantai dimana pasti pernah atau sering kita lakukan supaya tahu bagaimana untuk mengatur gear selanjutnya. Speed yang terlalu banyak itu membingungkan, dan kadang mengganggu konsentarasi pada saat bersepeda. Tidak hanya harus fokus pada jalan, tetapi juga harus mengingat atau melihat posisi gear. Memerlukan pengalaman dan insting yang tepat untuk cepat berekasi atau mengganti gear ketika menghadapi medan yang berbeda. Pemilihan gear yang salah lebih mudah terjadi, membuat cadence dan kekuatan kaki yang tidak proporsional.
  2. Berat
    Berat mungkin tidak menjadi masalah bagi sebagian orang. Untuk bahan/material yang sama sepeda triple chainring pasti memiliki bobot yang lebih besar dibanding sepeda yang hanya memakai dua atau satu chainring. Dan pada akhirnya, kita membawa-bawa beban untuk chainring yang tidak pernah kita pakai atau tidak kita perlukan.
  3. Crosschain
    Crosschain adalah posisi rantai yang terlalu miring, terjadi pada kombinasi chanring-sprocket yang paling besar-besar atau kecil-kecil. Posisi rantai sepeda yang terlalu miring akan lebih menarik sprocket dan chainring ke arah dalam, roller dan sambungan rantai yang saling menggerus karena perputarannya tidak searah rantai. Hal ini akan mempercepat kerusakan pada komponen gear rantai. Crossschaining juga membuat kekuatan kayuhan tidak efisien, karena rantai yang miring tidak berputar sebagus rantai yang lurus, sehingga sebagian tenaga dari kekuatan kayuhan tidak akan sampai dan terpakai untuk memutar roda.
    Jadi walaupun memiliki jumlah speed yang banyak, seperti 24 atau 30 speed, tidak semua bisa dipakai, ada beberapa kombinasi gear yang harus dihindari untuk menjaga komponen sepeda agar tidak mudah rusak.
    Hal ini bisa dihindari dengan menghindari kombinasi chanring-sprocket yang paling besar-besar atau kecil-kecil, sehingga harus ingat dan tidak malas ganti gigi.
Sepeda triple chainring cocok dan bisa dipakai pada semua area karena gear ratio bisa menyesuaikan. Cocok untuk perjalanan panjang dengan beban (touring), karena dengan beban yang berat, setiap perpindahan gigi lebih terasa perbedaannya.

Sepeda Double Chainring

Sepeda double chainring (2x) mempunyai karakter yang lebih sempit daripada triple chainring, pilihan gear ratio dan rentang gir ratio yang lebih sedikit/kecil.
Pada sepeda double chainring, karakter sepeda lebih jelas dan efektif, pemilihan chainring dan casette lebih difokuskan sesuai jenis sepeda (offroad, onroad, santai). Jika dibandingkan dengan chainring pada sepeda triple, pada sepeda double chainring, sepeda balap menggunakan chainring yang besar dan sedang, tidak memakai chainring yang kecil/granny. Dan Sepeda gunung menggunakan chainring sedang dan kecil/granny, tidak memakai chainring yang besar

Sepeda balap tidak terlalu membutuhkan chainring yang kecil sekali (lebih kecil dari 30T), sepeda balap yang ringan dan aerodinamis bisa membantu sepeda untuk lebih mudah mengalahkan tanjakan dan berakselerasi. Begitu juga dengan chairing besar sekali (50T) pada sepeda gunung, area yang kasar dan berbukit bukan area yang ideal untuk bersepeda dengan kecepatan tinggi, dan kayuhan yang berat.
Pada sepeda double chainring, contoh kombinasi chainring- sprocket dan gear ratio:
  • sepeda balap: 52/36T, 52/42T,
  • sepeda gravel: 50/34T,
  • sepeda gunung: 36/26T, 38/28T.
  • sepeda lipat: 50/34T, 52/26T
Sepeda double chainring mungkin yang paling banyak dipakai sekarang ini, tidak terlalu all area dan sedikit mubazir seperti triple chainring, tetapi juga tidak terlalu spesifik seperti single chainring. Pilihan sepeda dan partnya juga sangat bervariasi dengan harga yang bersaing.
Posisi chainring yang tidak selebar triple chainring, membuat tingkat keparahan akibat crosschain sedikit berkurang, walaupun juga masih bisa terjadi. Karakter sepeda double chainring berada di anatara sepeda triple chainring dan single chainring. Sepeda double chainring memiliki fleksibilitas yang lebih baik dari single chainring, sekaligus juga memiliki efektif dan efisiensi yang lebih baik dari sepeda triple chainring.
Kelebihan sepeda double chainring:
  1. Efisien
    Sepeda gunung, sepeda balap, sepeda gravel modern kebanyakan memakai double chainring, karena karakter yang lebih kuat (untuk offroad saja, atau on road saja), ukuran gear disesuaikan dengan jenis sepeda, tidak bisa untuk all area.
  2. Lebih simple
    Hanya ada pilihan chainring besar atau kecil, memudahkan untuk mengingat dan mengganti gear depan. Dibandingkan triple chainring, sepeda double chainring lebih ringan sedikit.
Kekurangan sepeda doubel chainring:
  1. tidak mendapatkan kelebihan-kelebihan yang ada pada sepeda triple atau single chainring.

Sepeda Single Chainring

Sepeda single chainring atau one by atau 1x adalah sepeda spesialis, mempunyai karakter yang sempit terbatas alias spesifik, dengan sedikit pilihan gear ratio. Untuk gear range, hampir semua ukuran sprocket terbesar (50T) dan terkecil (10T) dipasangkan pada sepeda single chainring. Hal ini kritikal, agar sepeda single chainring masih bisa untuk mendapatkan kecepatan sekaligus juga untuk pedal/kayuhan yang ringan

Gear range adalah perbandingan gear terbesar dengan gear terkecil pada cassette. Contoh cassette Shimano XTR CS-M9100 12 speed 10-51T, memiliki gear range 510%, yang didapat dari 51T/10T x 100%.
Sepeda single chainring memiliki tujuan yang khusus, untuk area yang spesifik atau pesepeda yang spesifik, baik untuk sepeda gunung maupun sepeda balap. Contoh yang paling gampang adalah sepeda gunung Downhill, sepeda ini hanya dipakai untuk turunan, untuk apa memakai triple chainring, atau memakai cassette 12 speed? Cukup dengan 4-7 speed dengan satu chainring, sudah cukup untuk mengalahkan medan turunan.
Pada sepeda single chainring, ukuran chainring/gear depan yang biasa dipakai:
  • sepeda balap: 36T, 40T, 42T
  • sepeda gravel: 40T, 42T
  • sepeda gunung: 32T, 34T, 36T
  • sepeda lipat: 50T, 52T, 53T
Pemilihan ukuran chainring yang dipakai harus dipertimbangkan dengan matang, karena hanya punya satu, tidak ada alternativenya. Sesuaikan dengan ukuran sprocket/cassette yang akan dipasang, sehingga kita bisa mengetahui gear ratio terkecil sampai gear ratio terbesar. Dari rentang gear ratio tersebut, kita bisa memutuskan apakah ukuran chainring sudah cocok. Memperbesar ukuran chainring akan membuat sepeda bisa lebih ngebut dengan kayuhan yang lebih berat, dan begitu juga sebaliknya.
Umumnya sepeda single chainring lebih cocok dipakai dengan 11 atau 12 speed, sehingga memiliki gear range yang besar, karena satu-satunya yang bisa membuat rentang gear ratio yang lebih besar adalah dengan memperbanyak jumlah sprocket. Ukuran sprocket tidak akan berurutan semulus double apalagi triple chainring, contohnya 11-50T SRAM Eagle NX: 11,13,15,17,19,22,25,28,32,36,42,50. Setiap perpindahan gigi akan mempunyai loncatan kekuatan yang lebih terasa. Sehingga memerlukan kaki dengan kekuatan yang cukup bagus untuk mengantisipasi ini.

Sehingga jika dibandingkan sepeda lain, sepeda akan terasa lebih berat untuk akselerasi dan mungkin menanjak, dan kurang cepat di jalan datar atau turunan, karena memang sepeda single chainiring bukan serba bisa di semua area.
Faktor keunggulan single chainring adalah tidak ada shiter depan dan kabelnya. Kokpit terasa lebih bersih, dan bisa dipakai untuk tuas lain seperti remote suspension, seat post remote, bike computer, dll. Sepeda juga akan terasa lebih ringan, bisa menghemat berat antara 400gr – 700 gram. Yang menyenangkan adalah shifting hanya dikontrol oleh satu tangan saja untuk RD. Cukup naik dan turun gear belakang, tanpa perlu memikirkan gear depan, sehingga bisa lebih fokus dan konsentrasi ke jalan.
Sepeda single chainring bisa diatur untuk fokus pada kecepatan atau ringannya kayuhan, tidak bisa keduanya, hanya satu diantaranya. Dengan mengatur atau memilih konfigurasi sprocket dan chainring yang berbeda. Jangan harap sepeda single chainring bisa secepat sepeda balap sekaligus ringan di tanjakan atau offroad. Pilihan gear rationya akan lebih mengarah ke gear ratio kecil, atau gear ratio besar, atau gear ratio menengah. Sepeda single chainring yang tepat adalah yang semua gearnya terpakai secara efektif dan efisien, tidak ada gear yang sia-sia terpasang.
Sepeda gunung banyak yang sudah beralih ke single chainring, membuat sepeda yang lebih spesifik. Bagi yang suka memakai sepeda gunung di offroad dan jalan aspal juga, rasanya kurang cocok untuk memakai sepeda single chainring. Sepeda balap masih belum terlalu banyak, karena pada beberapa kasus seperti jalan tanjakan atau untuk akselerasi, masih dibutuhkan gear yang berbeda. Sepeda gravel yang sepertinya akan lebih banyak memakai single chainring, karena sepeda ini juga termasuk sepeda yang lebih spesifik daripada sepeda balap.
Sepeda lipat banyak yang memakai single chainring, karena bisa menghemat berat, membuat sepeda lebih simple, dan area bersepeda yang spesifik (santai, kota/urban). Sepeda lipat single chainring kebanyakan memakai chainring besar di atas 50T, 52T, 53T. Karena sepeda lipat memakai ukuran roda yang kecil 20″, sehingga putaran pedal dan kaki (cadence) tidak perlu terlalu cepat untuk mendapatkan kecepatan rata-rata. Beberapa sepeda lipat juga memiliki internal gear (hub gear) seperti sepeda lipat Brompton, yang bisa menambah gear ratio tanpa harus menambah chainring atau sprocket.
Secara harga part dan sepeda single chainring masih agak lebih mahal dibandingkan dengan lainnya. Karena pemakaiannya belum sebanyak jenis sepeda lain, dan pemakaian teknologi-teknologi sepeda yang lebih modern dan baru.
Kelebihan sepeda single chainring:
  1. Sangat simpel
    Tidak ada shifter depan lagi, tidak perlu lagi memikirkan gear depan.
  2. Lebih ringan
    Yang dikurangi bukan hanya chainring, tetapi juga termasuk kabel dan tuas shifter.
Kekurangan sepeda single chainring:
  1. Gear range terbatas
    Jika tidak memakai cassette 11 atau 12 speed dengan sprocket yang besar atau kecil sekali, maka gear ratio menjadi lebih kecil. Bisa jadi susah untuk menanjak atau kecepatan yang terbatas.
  2. Mahal
    Karena masih terus dikembangkan, pilihan dan komponen khusus untuk sepeda single chainring masih lebih mahal dibandingkan yang double atau triple chainring. Tetapi seperti teknologi lainnya, semkain lama harga sepeda single chainring akan semakin murah.

Munculnya cassette dan sprocket dengan ukuran yang lebih kecil dan besar memang bisa mengubah gear ratio standard. Komponen khusus dan aksesoris tambahan kadang dibutuhkan agar kita bisa mengupgrade dan menutupi kekurangan dari masing-masing jenis sepeda.

Sepeda single chainring memang berkembang lebih pesat dan terus mendapat perbaikan. Sepeda double chainring menjadi pilihan yang aman, sementara sepeda triple chainring sudah mulai pudar dan kurang dikembangkan. Terlepas dari reknologi, support dan harga, semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan yang tidak bisa dihindari. Faktor kekuatan atau fitness level dari pesepeda, tujuan dan area bersepeda harus dijadikan patokan untuk memilih jenis sepeda yang paling cocok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar